Tulisan ini merupakan reaksi atas penyerangan kantor PCNU Solo oleh segerombolan massa membawa bendera tauhid.
Sebagai kader NU yang terpelajar mari berbicara dengan kepala dingin, nalar sehat serta data sejarah. Kita urai benang merah mengapa mereka membabi buta melakukan penyerangan terhadap NU.
Dilansir detik.co bahwa massa ini berasal dari Dewan Syariah Kota Suryakarta (DSKS) yang pada awalnya menolak kehadiran Gus Muwafiq untuk ceramah esok hari. Aksi dilakukan di depan polres. Tetapi aksi berlanjut dan membuat kerusuhan di depan gedung PCNU Solo. Mereka harus berhadapan dengan Banser dan warga NU di sekitar kantor.
Ceramah Gus Muwafiq hemat kami hanya dijadikan sebagai batu loncatan semata. Toh, jika memang mereka merasa tidak sefaham bisa menempuh jalur hukum. Sayangnya GM bukanlah bidikan utama mereka. Ya, Nahdlatul Ulama lah yang menjadi bidikan utama dengan menggunakan kasus GM sebagai loncatan.
Kenapa mereka begitu membenci NU. Mari kita tilik secara historis. Pada dasarnya ideologi yang dianut oleh mereka memiliki kerangka kesamaan dengan DI/TII, Masyumi, PRRI, hingga HTI. Dimana keinginan merubah konsepsi pancasila menggantinya dengan negara Islam menjadi misi bersama.
NU seolah menjadi tembok besar yang menghalangi misi tersebut. Terlebih NU bersama negara selalu mengambil peran dalam pembubaran setiap organisasi yang hendak merubah konsep kenegaraan yang telah kita sepakati bersama.
Pandangan kenegaraan inilah yang menjadi jurang pemisah antara kelompok tersebut dengan Nahdlatul Ulama yang selalu setia menjaga cita-cita kemerdekaan belum lagi masalah khilafiyah keagamaan yang tidak disikapi dengan wawasan keilmuan. Sehingga merasa diri paling benar sendiri dan setiap yang bersebrangan dengan dirinya adalah salah (bukan golonganya).
Nasionalisme bagi warga nahdliyin sudah mutlak amanah para founder NU. konsep NKRI, merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar kembali. Ditambah doktrinasi kebencian membuat mereka kehilangan akal sehatnya.
Kekuatan sipil melawan sipil satu agama dan satu bangsa merupakan hal yang memalukan. Islam adalah agama rahmat yang melalui baginda Nabi membawa esensi risalahnya yakni akhlaqul karimah.
Jelas, penyerangan secara brutal melempari batu, memukul dengan kayu, disertai cacian dan makian bukanlah ajaran dari Agama islam. Gerakan premanisme, barbar yang jauh dari kata intelektual.
Saya sangat setujuh atas instruksi PBNU melalui ketua bidang hukum mas kiai Robikin Emhas. Beliau menghimbau agar warga NU khususnya anak muda NU. Tidak terprovokasi dan melakukan serangan balik pada mereka. Karena tidak mencerminkan budaya islam dan Ahlussunnah wal jama’ah An-nahdliyah.
Jelas, bukanya meremehkan. Bagi NU mereka sejatinya bukanlah lawan sebanding. Sejarah mencatat kelompok yang memusuhi NU akan bubar dengan sendirinya. Contohnya Masyumi, DI/TII, PKI hingga HTI. Sebagaimana pesan wirid Hadratus Syeikhona Kholil Bangkalan pada Hadratus syeikh Hasyim Asy’ari. “Ya Jabbar, ya Qohar,”. Mari kita ajarkan ajaran cinta kasih baginda Nabi. Merangkul bukan memukul. Wa Allahu A’lam.
Opini ditulis : Abdur Rouf Hanif, Kader Penggerak NU Kabupaten Tanggamus.