Oleh : Abdur Rouf Hanif
Lakpesdam NU Tanggamus
Belakangan terahir warga NU dan Muhammadiyah dibentur-benturkan oleh pihak yang menginginkan kedua organisasi Islam besar ini tidak harmonis.
Berawal dari penolakan harlah NU di kauman disertai spanduk-spanduk bernada profokatif. Yang disayangkan dari kejadian ini adalah, terjadinya parade tauhid di Yogyakarta yang membawa misi penegakan khilafah.
Jelas mereka mengambil momentum ditengah konflik, untuk merayu kembali masyarakat bahwa khilafah adalah solusi problem kebangsaan dan keumatan kita. Padahal Pancasila dan NKRI bagi NU dan Muhammadiyah merupakan konsensus bersama.
NU dan Muhammadiyah merupakan dua pilar penting kebangsaan. Kontribusi dan rasa Nasionalisme kedua organisasi besar ini tidak perlu diragukan kembali.
Tak terbilang banyaknya tokoh penggerak kemerdekaan dari kedua organisasi tersebut. Sebut saja Soekarno, Soedirman, H. Agus Salim, KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahid Hasyim, KH. Wahab Hasbullah dan masih banyak tokoh-tokoh pahlawan nasional lainya dari kedua organisasi tersebut.
Keributan di Kauman adalah ujian bagi warga Nahdliyyin untuk bersikap sabar menghadapi segala profokasi dan hujatan minhum. Terbukti diusia NU ke-97 kedewasaan dan kebijaksanaan dalam bersikap warga NU telah dipraktikkan dengan baik dalam menghadapi segala macam profokasi.
Jika ditanya pihak Mana yang paling senang dan diuntungkan dari keributan ini. Tidak lain dan tidak bukan adalah pihak para pengasong ideologi khilafah. Tentu kejadian macam inilah yang mereka harapkan. Kaum oportunis yang mencari cela dari konflik internal masyarakat muslim. Terlebih NU dan Muhammadiyah merupakan dua organisasi besar yang pro-Pancasila dan sistem demokrasi yang mereka anggap sebagai thagut.
Waba’du. Semoga nak-anak muda NU dan Muhammadiyah dapat menahan diri dan saling sering silaturahmi agar tidak ada kelompok pengasong khilafah yang memanfaatkan momentum memperkeruh suasana persaudaraan sesama anak bangsa.
Sebagai anak ideologis NU dan Muhammadiyah. Marilah kita tiru persaudaraan Hadratus syeikh Hasyim Asy’ari denga KH. Ahmad Dahlan. Kiai Ar. Fahruddin dan Gus Dur. Buya Syafii Maarif dan Gus Mus dan banyak orang tua kita yang memberi uswah persaudaraan yang meneduhkan.
NU harus menghormati Muhammadiyah sebagai organisasi tertua, sebaliknya Muhammadiyah harus menghormati NU sebagai organisasi musim terbesar di dunia. Keduanya adalah benteng sekaligus aset Islam Nusantara untuk kemajuan peradaban bangsa. Saling toleransi, legowo dan tepo sliro. Asih, asah, asuh.