Setiap kali terjadi aksi terorisme banyak yang mengatakan bahwa aksi tersebut tidak ada kaitannya dengan faham keagamaan tertentu. Seolah kita ingin menutupi citra Agama kita agar tidak tercoreng. Pepatah mengatakan katakanlah kebenaran meskipun itu pahit adanya. Kalau boleh jujur dan berdasarkan fakta mayoritas aksi terorisme pelakunya pasti berafiliasi dengan organisasi dan faham keagamaan tertentu.
Setiap Agama memang tidak mengajarkan kekerasan dan anti-kemanusiaan. Tetapi berbeda dengan interpretasi dan ekspresi keagamaan yang salah bisa melahirkan aksi teror dan kekerasan yang mencederai kemanusiaan. Menurut kami, kita harus jujur bahwa Islam sebagai Agama Rahmat semesta masih banyak disalah fahami oleh kelompok-kelompok jihadis. Pemahaman Jihad yang sempit dan ortodok perlu diluruskan kembali. Bahwa jihad seringkali dipersempit maknanya dan dijadikan dalih pembenaran atas tindakan kekerasan dan teror kemanusiaan.
Jelas bahwa aksi bom bunuh diri di Makassar berlawanan dengan nilai-nilai maqosid as-syari’ah. Terorisme di Indonesia sudah menjadi duri dalam daging sejak lama. Badan intelegen negara pasti memiliki data organisasi yang berafiliasi dengan gerakan terorisme transnasional. Tetapi setiap dari kita yang sadar harus ikut andil dalam memutus rantai kekerasan dan membentengi anak cucu kita dari faham keagamaan yang keliru.
Dalam hal ini, Pendidikan moderasi beragama perlu terus dikampanyekan dan diajarkan baik di sekolah formal maupun non formal seperti Pesantren dan majlis ta’lim. Paradigma keislaman yang santun, lembut dan menyejukkan menjadi hal penting yang harus ditanamkan dikalangan pelajar, mahasiswa dan santri. Dengan cara mengenalkan ayat-ayat, hadits dan sejarah Nabi konteks persaudaraan, keberagaman dan cinta kasih terhadap sesama manusia.
Saya berharap besar instansi pendidikan, pemerintahan dan elemen sosial masyarakat agar lebih selektif dalam memilih dosen, guru, mubaligh dan ASN yang memiliki pemahaman keagamaan Wasatiyah. Dakwah di sosial media dan televisi juga perlu dikontrol agar terbebas dari dakwah yang berisi ujaran kebencian dan seruan anti terhadap pemerintahan yang sah.
Terlepas dari segala spekulasi konspirasi founding dan motif dibalik aksi teror di Indonesia. Terorisme adalah prilaku yang biadab. Oleh karenanya bibit radikalisme dan terorisme perlu dicegah sedini mungkin. Hal tersebut bisa berawal dari hal sepele seperti faktor lemahnya ekonomi, keawaman ihwal agama. Di era digital kini, salah dalam mendengarkan pengajian di internet juga bisa merusak akal sehat dan prilaku keagamaan.
Mari bersama ikut andil dalam mengawasi dan membentengi generasi penerus kita, dengan membekali ilmu dan pengetahuan keagamaan yang toleran dan menyelamatkan.Al-Faqir, Abdur Rouf Hanif Ketua Lakpesdam PCNU Tanggamus & Penyuluh Agama Islam Kementrian Agama Tanggamus (Bidang pencegahan radikalisme dan terorisme).